Sabtu, 13 Agustus 2011

6 Kebiasaan yang Diam-diam Merusak Kulit Kita



Siapa sangka sering berlama-lama menelepon pacar atau meninggalkan kacamata saat mata minus ternyata bisa merusak kulit kita? Agar tak menyesal di kemudian hari, hentikan enam kebiasaan buruk berikut ini.


1. Bertelepon terlalu lama
Ponsel kita biasa ditaruh di dalam tas (yang bagian dalamnya pasti penuh debu), di atas meja, atau di tempat-tempat lain yang tidak steril. Menelepon berlama-lama menyebabkan kulit pipi bersentuhan dengan ponsel yang penuh bakteri tersebut. Pastikan Anda menyimpan tissue basah antibakteri untuk mengelap ponsel sebelum Anda menggunakannya.

2. Mengabaikan kacamata
Tulisan di kejauhan sudah mulai tak terbaca, tapi Anda masih saja tak mau memakai kacamata? Atau softlens yang biasa Anda pakai mungkin sudah tak akurat lagi karena minus mata sudah bertambah? Jika diabaikan, secara tak sadar Anda akan sering menyipitkan mata saat membaca. Efeknya, kulit cepat berkerut dan terlihat tua.

Ibu Harus Milih Anak Mana yang Harus Mati.

Bayi Somalia
  Perjalanan para pengungsi Somalia menuju negara tetangga untuk mencari makan kadang menghabiskan waktu berhari-hari. Dalam perjalanan, seorang ibu tidak jarang terpaksa meninggalkan anak mereka yang tidak berdaya, demi kelangsungan hidup anak yang lainnya.

Kenyataan pahit ini harus dijalani oleh Wardo Mohamud Yusuf, seorang ibu berusia 29 tahun. Wardo telah berjalan selama dua minggu di tengah terik menuju perbatasan Kenya. Di tempat ini, dia berharap mendapatkan makanan dan minuman di tenda pengungsian yang disediakan negara jiran.

Wardo menggendong anak perempuannya yang berusia satu tahun di punggungnya, sementara anak lelakinya yang berusia empat tahun berjalan bersamanya. Dua minggu berjalan dengan makanan dan minuman yang minim, bocah lelaki malang tersebut ambruk.

Wardo langsung memberikan sedikit minuman yang dia bawa di kepalanya kepada putranya. Namun, karena tidak sadarkan diri, bocah itu tidak dapat meneguk air untuk menghilangkan dahaga. Wardo berteriak minta tolong, keluarga dan kerabatnya tidak ada yang berhenti. Mereka tetap berjalan, mengkhawatirkan diri mereka sendiri.
Akhirnya, Wardo harus memilih. Sebuah pilihan yang ibu manapun pasti sulit melakukannya.
"Akhirnya, saya putuskan untuk meninggalkan dia, menitipkannya kepada Tuhan, di tengah jalan," ujar Wardo ketika diwawancara di kamp pengungsi di Dadaab, Kenya, dilansir dari laman Daily Mail, Jumat, 12 Agustus 2011.

Jono Senang Tinggalkan London

Jono alias Jonathan'Gugun Blues Shelter' merasa beruntung meninggalkan London di saat negerinya itu sedang dilanda rusuh. Jono juga mengaku sangat nyaman tinggal di Indonesia.

Meski begitu, Jono mengaku sedih dengan kerusuhan yang melanda negerinya itu. Jono juga tak yakin masalah di negerinya itu akan cepat selesai.

"Kalau saya sih senang saja karena sudah cabut dari Inggris. Saya senang tinggal di Indonesia," terang Jono, saat ditemui di RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (11/8).

Menurut Jono, kerusuhan yang terjadi di London sebenarnya adalah masalah yang sudah lama mengakar di masyarakat Inggris. Penyebabnya adalah kondisi ekonomi dan banyaknya pengangguran.

"Penyebabnya, pertama karena krisis ekonomi di Inggris yang terjadi sejak dua tahun lalu. Perekonomian di sana jatuh banget. Kedua, banyak orang yang tidak punya pekerjaan. Bulan ini kebetulan sedang libur nasional sekolah. Jadi kemungkinan yang melakukan kerusuhan itu anak-anak usia sekolah, sekitar 14-16 tahunan. Mereka tidak ada kegiatan karena libur sekolah," terang Jono.