Minggu, 23 Januari 2011

Asal Usul Angka ()

Dalam sehari-hari, sesungguhnya kita tidak benar-benar membutuhkan angka nol. Ketika kita ditanya, "Punya berapa jerukkah anda?", maka kita akan cendrung untuk mengatakan "Saya tidak punya jeruk" ketimbang mengatakan "Saya mempunyai nol jeruk". Inilah masalahnya, karena dalam praktiknya kita sama sekali tidak membutuhkan angka nol. Maka dalam waktu yang sangat lama pada sejarah perjalanan manusia, angka nol tidak muncul. Dan ternyata angka nol sendiri relatif belum terlalu lama ditemukan, karena memang "tidak penting".



Zaman Gog

petunjuk mengenai awal manusia mengenai hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima; iiiii/iiiii/iiiii. Dan pada zaman ini angka nol sama sekali belum muncul. Jauh sebelum zaman Gog, diperkirakan manusia baru mengenal angka satu dan banyak atau satu, dua dan banyak. Pada saat ini ternyata masih ada yang menggunakan sistem ini, yaitu suku Indian Sirriona di Bolivia dan orang-orang Yanoama di Brazil. Ternyata seiring perjalanan waktu, mereka mulai merangkai angka yang sudah ada. Suku Bacairi dan Baroro memiliki sistem hitung "satu", "dua", "dua dan satu", "dua dan dua", "dua dan dua dan satu", dan seterusnya. Mereka memiliki sistem angka berbasis dua dan kita sekarang menyebutnya dengan sistem biner. Saat ini pun kita menuliskan sebelas sebagai sepuluh dan satu, dan seterusnya.


Zaman Mesir Kuno

Sejak masa Gog, manusia terus mengalami kemajuan. Kembali kita menulusuri mesin waktu, lima ribu tahun yang lalu, orang-orang mesir mulai membuat tanda untuk menunjukkan "satu", dan tanda yang lain menunjukkan "lima", dan lain sebagainya. Sebelum masa piramida, orang-orang mesir kuno telah menggunakan gambar untuk sistem bilangan desimal. Bangsa mesir akan menggambar enam simbol untuk mencatat angka seratus dua puluh tiga ketimbang menggambar 123 garis. Meskipun mereka telah mencapai matematika tingkat tinggi, namun angka nol belum juga ditemukan di Mesir. Ini dikarenakan mereka menggunakan matematika untuk praktis dan tidak menggunakan untuk sesuatu yang tidak berhubungan dengan kenyataan.


Zaman Yunani

Kemudian kita berpindah ke Yunani. Sebelum tahun 500 SM, mereka telah memahami matematika dengan lebih baik dibandingkan Mesir. Mereka juga menggunakan basis 10. Orang Yunani, sebagai contoh, menuliskan angka 87 dengan dua simbol, dibandingkan dengan Mesir yang harus menuliskannya dengan 15 simbol, yang justru mengalami kemunduran pada angka Romawi yang memerlukan 7 simbol-LXXXVII. Jika bangsa Mesir menganggap matematika hanyalah alat untuk mengetahui pergantian hari - dengan sistem kalender - dan mengatur pembagian lahan - dengan geometri, maka orang Yunani memandang angka-angka dan filsafat dengan sangat serius. Zeno yang melahirkan paradoks ketertakhinggaan dan Pytagoras yang sangat kita kenal dengan teorema segitiga siku-sikunya - yang belakangan diketahui bahwa rumus ini sebenarnya sudah diketahui sejak 1000 tahun sebelumnya, dilahirkan di sini. Kita juga mengenal Aristoteles dan Ptolomeus. Mereka dikenal dengan filsafatnya. Walaupun demikian mereka juga tidak menemukan angka nol.


Zaman Babilonia

Kembali ke dunia timur, Babilonia - Irak sekarang - ternyata memiliki sistem hitung kuno yang jauh lebih maju. Mereka menggunakan sistem berbasis 60, seksagesimal, sehingga mereka memiliki 59 tanda. Yang membedakan sistem ini dengan Mesir dan Yunani adalah, bahwa sebuah tanda dapat berarti 1, 60, 3600 atau bilangan yang lebih besar lainnya. Merekalah yang mengenalkan alat bantu hitung abax - soroban di Jepang - suan-pan di China - s'choty di Rusia - coulbadi di Turki, yang disini kita sebut dengan sempoa. Sistem hitung mereka seperti saat kita sekarang ini, dimana 222 menunjukkan nilai "dua", "dua puluh", dan "dua ratus". Walaupun mereka telah menanda kolom kosong dengan ii, namun sesungguhnya angka nol tetap saja belum muncul pada kebudayaan ini. ii tetap tidak memiliki nilai numerik tersendiri.


Zaman Kebangkitan Islam

Setelah Rasulullah Muhammad saw wafat, maka dimulailah masa Khulafur Rasyidin yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq ra, Amirul Mukminin Umar Bin Khattab Al Faruq ra, Amirul Mukminin Usman Bin Affan Dzunnurrain ra dan Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib kw. Dan saat ini Islam telah tersebar mencapai Mesir, Suriah, Mesopotamia dan Persia dan juga Yerusalem. Pada tahun 700 M, Islam telah mencapai sungai Hindus dan Algiers di barat. Tahun 711 M, Islam telah menguasai Spanyol sampai ke wilayah Prancis dan di tahun 751 M telah mengalahkan China. Dan di Spanyol yang lebih dikenal dengan Andalusia, mengalami puncak kejayaan pada abad VIII.


Pada abad IX, Khalifah Al Ma'mun mendirikan perpustakaan megah, Bayt Al Hikmah (rumah kebijaksanaan). Dan salah satu ilmuan terkemukanya adalah Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi. Tulisan pentingnya antara lain Al-Jabr Wa Al-Muqabala dan dari sinilah muncul istilah Aljabar. Dan juga menyebarkan algoritma dari kata Al-Khawarizmi.


Dan dari sinilah bangsa-bangsa dari belahan dunia lain akan mengikuti sistem bilangan Arab yang baru. Bilangan yang terdiri dari sepuluh tanda. Dan akhirnya, angka nol pun muncul. Namun begitu, kita tetap belum tahu secara pasti apakah angka nol pertama muncul di Andalusia ataukah di Arab. Namun satu hal yang pasti, ia baru muncul minimal pada abad VI atau bahkan lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar