Selasa, 01 Mei 2012

The Last Rain

 Sudah 7 tahun kita selalu bersama-sama, menjalani masa kanak-kanak bersama. Suatu persahabatan yang sangat mulus buat kita, selalu mendukung , selalu menghargai dan selalu menyadari. Aku begitu beruntung bertemu kelen, memperkenalkan aku dengan kemewahan dizaman itu. Menghargai kekepoan aku dizaman itu. Aku tidak tau apa yang membuat kelen begitu sabar meladeni pertanyaan aku yang sungguh memalukan.

Ditahun pertama kita  hanya tau sebatas nama, dah itu aj tidak lebih. Tapi ketika kita berganti seragam, dari seragam kotak-kotak kecil yang bewarna merah putih menjadi kemeja putih dan celana merah kita sudah mulai bersama-sama, merasa kecarik-an jika dia atau dia tak ada dikelas ini. Kita sungguh beruntung dipergantian seragam kita tetap satu sekolah dan satu kelas. Dan sepertinya takdir Tuhan sungguh indah buat kita ketika penyusunan bangku oleh walikelas  membuat kita semakin dekat. 

Suatu ketika kita sudah mulai tumbuh besar, semakin besar pula kebersamaan kita. Ketika aku mengetahui kamu tidak datang kesekolah karena sakit, aku bertanya pada dia alamat rumah mu. Aku tak tau kenapa aku begitu yakin kalau rumah mu bisa ku dapatkan sendirian dengan berjalan kaki, padahal ketika itu aku masih lah bocah yang begitu polos, sepolos langit biru ketika itu. Huftt,, sungguh Tuhan bersama ku, akhirny aku menemukan alamat rumah mu, aku begitu senang ketika itu dan mencoba memanggil mu. Dan akhirny kamu keluar dengan wajah yang begitu sumringah dan tidak terlihat sakit lagi. Malahan kau mengajak aku bermain sepeda ketika aku datang, kau ajarin aku bagaimana cara mengoet pedal sepeda. Karena emang susah buat ku, kau bawak aku keliling komplek mu ketika itu. Bersama yang lainnya kita bermain sepeda dan aku kau gonceng. Kita terjatuh namun bukan tangisan yang muncul melainkan tawa yang begitu bahagia. Aku gak tau kemana perginya sakit mu tu. Tak lama kemudian langit polos nan biru tadi pun menumpahkan air yang begitu  dingin, kami semua menyarankan untuk beteduh, tapi kau melarang itu dan kita pun menikmati air hujan itu.


Ketika kau pulang ternyata orang tua mu sudah diteras menunggu mu, rasa khawatir begitu dalam terlihat diseluruh bagian tubuh orang tua mu. Handuk yang dipegangny pun langsung ia lapkan ke badan mu dan membuka baju mu. Aku pun pulang dengan rintik-rintik hujan dan kebahagian yang luar biasa.

Buuukkkkaaakkk....
pintu rumah ku pun dibuka, aku pun langsung mandi karena kehujanan tadi. Sungguh hari yang luar biasa ketika itu.

Masa awal pubertas pun mulai kita hadapin, itu tanda nya kita bentar lagi SMP. Ujian Akhir Sekolah kita lewatin dengan kecurangan. Kau begitu marah kepada guru-guru karena mengajarin hal yg tidak jujur, dan kau jugak begitu marah kepada kami semua karena melakukan kecurangan. Tapi perlahan kau memaafkan itu, kau begitu hebat dalam kejujuran ketika itu.

Kita pun dinyatakan lulus dari SD, ada kisah lucu sebelum menerima surat pernyataan kelulusan. Kita semua tak membawa orang tua namun kita santai saja seperti anak gak besalah.

Perpisahan pun datang, latihan selama berminggu-minggu, penghayatan yang selalu gagal ku lakukan hingga H-1. Aku pun ditegur sama guru kita ketika itu. Aku dipanggil kedepan sebagai juara Olimpiade, dan kalian berdua jugak temasuk siswa beprestasi karena ranking yang bagus. Hanya satu dari kita yang tidak maju ke atas panggung sebagai siswa beprestasi. Orang tua kita pun dipanggil, namun sayang ny orang tua ku dah pulang luan. Kita pun ditanya cita-citany, dan semua ny menjawab dokter kecuali aku dan si anak cewek itu.

Saat nya the main program yaitu nyanyi dari seluruh siswa sebanyak 6 lagu, dilagu pertama aku sudah mulai merasakan getaran dihatiku begitu aneh, hingga dilagu ke 4 air mata ini netes jugak, ketika aku menyadarin kau melihat aku dengan linang air mata. Lagu ke 6 aku sudah nangis menjadi-jadi. Aku tak tau kenapa aku bisa nangis jugak, kita terduduk lesu sebelum menyalam guru. Kita berpelukan layakny teletubbies.

Satu hari setelah acara itu, kita pun jalan-jalan ke Plaza ternama di kota kita ketika itu dan membuat janji dengan impian kita. Semua impian ny sama tanpa terkecuali. Ketika beniat pulang ternyata hujan turun begitu deras nya, namun kita babat habis dengan memanggil becak.

Hujan begitu deras membuat nafsu birahi ini mengganti celana pendek dan saat nya go to lapangan untuk mandi hujan......... karena begitu deras tak satupun ada yg mandi hujan, jadi kita lah penguasa lapangan komplek itu ketika itu. Kejadian ini terulang lagi, terakir kalinya ketika kau sakit. Namun kali ini aku sudah pandai mengendarai sepeda bahkan kereta itu semua berkat kelen. Meskipun aku sampek saat ini gak perna punya kedua benda itu secara real.

Dan sekarang aku teringat akan kejadian mandi hujan itu, impian yang kita bangun di Plaza itu tidak tercapai, kita semua berpisah dengan jarak yang begitu jauh, bahkan kita tak saling mengetahui keberadaan satu sama lain kecuali kelen ke aku karena dari dulu sampek sekarang aku masih disiini, meskipun dunia begitu canggih saat ini, karena kita begitu asik dengan kehidupan yang baru.....

Aku beharap kita akan bertemu, namun aku yg ke sana bukan kelen yang kesini, aku bosan cuiii disini,,


ahhahahhahaa.......



cerita ini diambil dari kisah orang disekitar aku, hanya ku dilebay"kan,

huuu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar